Selasa, 26 Agustus 2014

NEW LIFE, NEW JOB and I've GOT MARIED (Chapter II)

hmmmm.... bismillah, aku mulai lagi ceritaku :D ... sekarang aku bekerja di PT Bhimasena Power Indonesia (PT BPI), sebuah perusahaan yang merupakan konsorsium 3 perusahaan besar, yakni PT Adaro Indonesia, Itochu Jepang dan Japan Power. PT BPI merupakan pemenang tender untuk pengadaan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia.
Logo PT Bhimasena Power Indonesia
     Menempati lahan seluas 265 Hektare yang terbagi dalam tiga desa yakni Desa Ujungnegoro, Desa Karanggeneng, dan Desa Ponowareng di wilayah Kabupaten Batang - Jawa Tengah, pembangunan PLTU ini digadang-gadang mampu menutupi defisit listrik yang saat ini dialami oleh Indonesia. 
    Bagaimana tidak, saat ini hampir semua orang, baik rumah tangga kecil hingga perkantoran semua menggunakan listrik. Tidak heran jika kebutuhan listrik semakin meningkat sedangkan pembangkit listrik yang ada saat ini sudah tidak bisa memasok listrik sesuai dengan yang dibutuhkan. 
    Alhasil, dimana-mana terjadi pemadaman listrik bergilir. Bukan hal aneh kiranya jika sering kita mendengar keluhan dari berbagai kalangan yang mengatakan bahwa "PLN payah", "rugi usaha kalau berkali-kali mati listrik", dan lain-lain.

Mega Proyek
     Menelan biaya tidak kurang dari 4 Miliar USD atau +/- Rp 40 Trilyun, pembangunan PLTU ini diklaim sebagai PLTU terbesar se-Asia Tenggara, dengan kapasitas sebesar 2x1.000 mega watt. Pembangunan PLTU Batang ini sebenarnya sudah sejak lama dirintis, kalau tidak salah semenjak tahun 2011. Namun hingga saya menulis tulisan ini (2014), pembangunan belum bisa dilaksanakan karena hingga saat ini belum semua lahan yang sedianya digunakan untuk pembanguan Power Plant belum terbebaskan 100 %.
      hmmm.... apa kaitannya denganku ?? kaitannya... kebetulan sejak pertama masuk ke perusahaan ini, aku ditempatkan di sebuah departemen yang benama Land Acquisition. Departemen ini bertugas untuk melakukan pembebesan lahan atau pembelian lahan untuk kepentingan pembangunan PLTU ini. Departemenku harus meloby para pemilik lahan di ketiga desa yang tanah ataupun kebun dan sawahnya akan digunakan untuk pembangunan PLTU ini.

Dimusuhi, Warga terprovokasi
        Terkadang saat berkunjung ke rumah pemilik lahan, aku atau teman-teman satu departemenku mendapatkan perlakuan yang baik, tapi tidak jarang kami dimaki-maki atau bahkan diusir karena pemilik lahan tidak mau menjual lahan yang dimilikinya.Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya provokasi dari LSM serta orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan dengan adanya proyek ini.
caping Tolak PLTU

   Akibat provokasi oleh LSM yang mengaku peduli dengan lingkungan, masyarakat menjadi melakukan penolakan terhadap pembangunan PLTU ini. mereka ditakut-takuti jika nantinya PLTU dibangun maka akan mengakibatkan kerusakan alam, lahan pertanian tidak subur lagi, ikan-ikan di laut akan mati sehingga penghasilan nelayan akan menurun, dan parahnya lagi masyarakat ditakut-takuti jika nantinya efek pembangunan dan beroprasinya PLTU akan mengganggu kesehatan karena bahan bakarnya adalah batu bara.
warga demo menolak PLTU Batang di Balaidesa Karanggeneg
  Singkat cerita, kerap terjadi demonstrasi penolakan oleh warga terhadap aktivitas kami di lapangan. Boro-boro mau mulai melakukan pembangunan, melihat salah satu dari kami (Karyawan BPI) ada di lokasi, maka warga akan segera berdatangan dan melakukan pengusiran. Yang pasti, jika mereka melihatku dengan si ijo (nama motor trailku-red) atau aku dengan si big black (strada-red) pasti mereka akan langsung "riweh" sendiri. Bisa ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya.... yup, mereka akan mendatangiku dan "memintaku" (Mengusirku-red) pulang.

Tragedi 2 September 2013
      Bagiku, diusir atau diintimidasi sudah biasa, namun ada satu peristiwa yang cukup membekas selama aku membawahi tim pengukuran dan pematokan, aku menamainya "Tragedi 2 September". Ya aku menamainya itu...
       Peristiwa ini bermula saat aku dan tim harus melakukan pengukuran lahan yang sudah terbeli di Desa Ponowareng. Saat itu, tak ada tanda-tanda akan terjadi sesuatu yang besar. Seperti biasa, kami dari tim pengukuran melakukan koordinasi sebelum melakukan kegiatan.
       Koordinasi kami lakukan dengan pihak kepolisian dan TNI serta dengan beberapa divisi terkait. Koordinasi ini kami lakukan sebagai upaya agar saat pelaksanaan pengukuran bisa berjalan dengan lancar dan aman serta kondusif. Selaku orang yang bertanggungjawab atas pengukuran dan kegiatan di lapangan, saat itu saya memutuskan untuk berangkat dengan pengawalan biasa saja, tidak perlu mengerahkan banyak polisi dan tentara karena dikhawatirkan malah akan memancing emosi warga.
       Setelah berkoordinasi, akhirnya timku berangkat ke lokasi dengan hanay ditemani oleh 10 orang petugas berpakaian preman. Segalanya tampak aman hingga timku tiba di lokasi untuk melakukan pengukuran.
      Seperti biasa, kegiatan pengukuran diawali dengan dinyalakannya GPS di Base dan dilanjutkan dengan penyalaan alat GPS handheld yang dibawa oleh tim ukur. Butuh waktu sekitar 15 - 20 menit agar GPS connect dengan satelit.
      Tak lama berselang, aku mendapat telepon dari salah satu anggota timku yang mengatakan jika ada sekitar 20 warga masyarakat Ponowareng datang dan mulai mengganggu kinerja mereka. Mereka datang dengan sikap yang tidak ramah dan mulai menyuruh timku untuk pergi. Warga tak perduli meskipun ada aparat keamanan berbaju preman yang mengamankan timku.
       Aku menyarankan untuk bertahan dan memberikan pengertian kepada warga, namun warga tetap tak perduli dan jumlah warga yang datang semakin banyak. Aparat pengamanan pun kualahan menghadapi warga yang jumlahnya semakin banyak dan semakin terlihat beringas. Akhirnya aku putuskan untuk mundur ke lapangan desa Ponowareng dan menunda pengukuran hingga aku datang.
     Tanpa ba bi bu, aku langsung koordinasi dengan Kabag Ops, sempat terjadi ketegangan antara aku dan Kabag Ops serta petinggi pengamanan lainnya. Setelah lumayan berdebat, akhirnya keputusan kembali diserahkan padaku, dan aku pun memutuskan agar pengukuran tetap di lanjutkan. "Mau pengamanan berapa lagi kalau kita sudah ada 400 personil masih gagal untuk bekerja. Toh itu tanah yang telah terbeli" tegas komandan pasukan pengamanan.
Lokasi bentrokan dengan Warga Ponowareng
    Setelah diputuskan, aku berangkat bersama 2 truk brimob bersenjata lengkap serta dan 1 truk tentara. Setibanya di lapangan desa Ponowareng, benar saja warga sudah berkerumun dan berteriak-teriak. Berbagai ucapan tidak ramah keluar dari mulut warga yang ternyata setelah ku perhatikan banyak kaum perempuannya.
    Setelah berdiskusi sejenak dengan timku, kami akhirnya mulai berangkat menuju ke lokasi pengukuran. Kami konvoi dengan diawali mobil Rangger Double Cabin milik Brimob, dilanjutkan dengan 2 truk brimob. Namun laju kami dihambat oleh ibu-ibu yang terus berdada di depan mobil dan berteriak-teriak. Kami mencoba bernegosiasi tapi tetap tidak menemukan titik temu.
Polisi menyingirkan batu dan ban yang dibakar warga
       Mengingat hari sudah beranjak sore, maka anggota brimob turun untuk menepikan warga yang didominasi oleh ibu-ibu agar tidak berada di jalan. Namun, baru beberapa meter kami berjalan, tiba-tiba ada salah satu warga yang merobohkan pohon pisang di tengah jalan dan beberapa warga lain memukul salah satu anggota brimob.
       Kerusuhan kecil pun pecah, dan akhirnya saya langsung berkoordinasi dengan Kabag Ops dan Wakadan Brimob untuk mundur dan menunda pengukuran. Susah payah kami memutar truk untuk kembali. Namun, ternyata warga lain yang kebanyakan laki-laki sudah menghadang jalan kami pulang dengan menumpahkan material berupa pasir dan batu di tengah jalan. Sehingga kami tidak bisa lewat dan terpaksa harus bekerja keras menyingkirkan pasir dan batu tersebut dari tengah jalan agar truk bisa lewat dan kami bisa pulang.
    Tak hanya itu, ternyata warga telah mempersiapkan bom molotov. Untunglah bom molotov tersebut berhasil di amankan sebelum sempat digunakan. Setelah kami berhasil melewati tumpukan material, kami dihadapkan dengan batu-batu besar yang sengaja di letakkan di tengah jalan. Kembali kami harus menyingkirkan batu-batu tersebut agar bisa lewat. Puncaknya, warga menggunakan bensin membakar kursi bambu dan ban bekas di tengah jalan dan mereka pun melempari kami dengan batu.
     Kondisi makin genting dan hari semakin beranjak petang. Akhirnya kami kembali meminta bantuan untuk mendatangkan personil pengamanan. Sembari menunggu bantuan datang, warga masyarakat terus melempari kami dengan batu, kami tidak membalas dan hanya bertahan. Setelah beberapa saat bertahan, akhirnya bantuan datang dan akhirnya kami bisa mulai keluar dari "Hot Zone" itu.
      Lega rasanya setelah berhasil keluar dari kampung Ponowareng itu, walaupun masih tergiang bagaimana batu berterbangan di atas kepala. Alhamdulillah masih dilindunggi, jadi tak ada batu yang nyasar ke badan atau kepalaku..:D Dari bentrokan itu, 3 orang aparat keamanan mengalami luka-luka, 1 diantaranya luka lumayan serius di kaki dan lehernya dan selanjutnya dilarikan ke rumah sakit. Di sisi warga 2 orang mengalami luka-luka.
       Yah, memang berat menjadi bagian dari departemen ini, namun banyak ilmu yang bisa aku ambil dan pastinya banyak juga pelajaran yang bisa dipetik dari berbagai pengalaman yang aku dapatkan dari lapangan

Diambil Alih Pemerintah
      Singkat cerita, karena kami dari PT BPI kesulitan untuk melakukan pembebasan lahan, akhirnya kami pun menyatakan kondisi kahar atau force major. Kami akhirnya menyatakan "menyerah" untuk melakukan pembebasan dan pengadaan lahan untuk pembangunan PLTU Batang, karena hal tersebut sudah diluar kemampuan kami.
      Mengingat pentingnya proyek ini demi menghindari devisit listrik, akhirnya pemerintah pun turun tanggan. Mentri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung yang menggantikan Hatta Rajasa akhirnya meminta komitmen dari pemerintah propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Batang untuk segera mendorong terealisasinya proyek PLTU Batang.
      Setelah mendengarkan keterangan dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, serta keterangan berbagai pihak terkait permasalahan yang mengakibatkan molornya pekerjaan pembangunan PLTU Batang, akhirnya Sang Mentri pun mengambil keputusan untuk menggunakan UU No 2 Tahun 2012 yang intinya berisi tentang pengadaan tanah untuk kepentingan negara.
     Yah we will see what will happen setelah hal ini dilaksanakan. Semoga saja hal ini berdampak positif terhadap pembangunan PLTU Batang. Sehingga devisit listrik pada tahun 2016 tidak terjadi, dan kalaupun sampai terjadi, tidak dalam waktu yang lama bisa diatasi. Karena, yang pasti jika sampai terjadi devisit listrik, semua pihak akan dirugikan.

Saudara "Se lumpur"
      Terlepas dari peliknya permasalahan pembebasan lahan, aku sangat enjoy dengan segala yang ada di sini, terutama karena aku memiliki kawan-kawan seperjuangan yang berada di bawah koordinasiku. Aku menamainya "Saudara selumpur", "tim rewo-rewo".

        

       Ya meskipun mereka bukan orang yang memiliki pendidikan tinggi, tapi bagi saya mereka adalah orang-orang yang memiliki dedikasi dalam pekerjaan dan memiliki tanggung jawab atas apa pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Tanpa mereka, jelas aku bukan apa-apa. 
       Siapa aku kalau tanpa mereka ??  ya siapalah aku. Aku hanya orang yang berasal dari Jogjakarta yang baru tahu ada sebuah kota bernama Batang dan mendapatkan tugas untuk membawahi tim pengukuran lahan. Apalagi, basic pendidikanku adalah Jurusan Ilmu Komunikasi. Manalah aku tahu bagaimana mengukur luas tanah, menggambar bidang tanah, menggunakan GPS sampai menyelesaikan permasalahan jika ada masyarakat yang tidak sepakat dengan hasil pengukuran.
     Modalku hanya kata "siap" dan belajar secara sepontan mengenai berbagai hal yang terkait mengenai pengukuran lahan. akhirnya, sedikit demi sedikit aku pun mengerti bagaimana prinsip-prinsip pengukuran, bagaimana menggunakan GPS dan bagaimana menyelesaikan permasalahan terkait pengukuran lahan.
      Sekali lagi aku sangat bersyukur karena memiliki mereka, ya saudaraku.. saudara selumpurku. Mereka merupakan orang lokal dari desa-desa yang terdampak atas pembangunan proyek PLTU ini. Ada Ruswanto dan Bodo dari Desa Karanggeneg, Suwiryo dan Kuswanto dari Dusun Keling Desa Ponowareng, Kafi dan Taufik dari Desa Ujungnegoro dan Cayitno dari desa Wonokerso.

Kerja Kasar, Tapi Kami Enjoy..

Gotong royong mengangkat patok menyusuri rel kereta
   Selain melakukan pengukuran atas lahan-lahan yang telah terbeli atau dalam proses pembelian, timku bertanggungjawab untuk memberikan tanda berupa patok di masing-masing bidang, baik sawah maupun lahan kebun milik warga masyarakat. Makanya, lumpur atau debu hingga seranga atau ular, kerap kami temui saat kami harus melakukan tanggungjawab kami..:D
Menuju lokasi lahan yang akan diukur dan di tandai
   Tapi, bagi kami, inilah kesenangan dan kenikmatan yang tidak mungkin ditemui oleh mereka yang berada di dalam kantor, duduk di depan komputer dan flu kedinginan karena AC..:p hehehehe... ya aku enjoy, sedulur selumpurku juga enjoy...kami bekerja sama dan kami saling mengisi satu dengan yang lainnya. 
     Bagiku, pekerjaan apa pun akan terasa berat kalau dirasa berat, tapi akan juga terasa ringan dan menyenangkan jika kita bisa menikmati dan mensyukuri pekerjaan itu. Ya walaupun harus berhadapan dengan panas yang sangat ekstreem atau hujan dan lokasi penuh lumpur, semua harus dijalani. 
Melakukan penandaan batas lahan menggunakan patok besi
  Memang timku bukan terdiri dari mereka yang berdasi dan memiliki intelektual yang tinggi, namun sungguh aku yang bertitel S1 ini tidak akan bisa menghapalkan petak demi petak sawah yang ada di masing-masing desa. Bahkan mereka juga mampu untuk mengingat secara detail batas-batas lahan, siapa pemilik lahannya, bahkan mereka sampai hafal dimana letak lahan yang akan ditandai, lahan yang sudah terbeli dan mana yang belum terbeli.  
   Bagaikan GPS dengan memory penyimpanan bergiga-giga, aku hanya tinggal menyebut nama, mereka akan langsung tanggap dan benar saja, itu lokasi yang aku maksudkan. Seperti layaknya memiliki peta yang bisa ngomong saja. 
  Tak terasa sudah hampir 1,5 tahun aku bekerja dengan mereka. Berbagi suka dan duka bersama-sama. Tak ada jarak diantara aku dan mereka. Dari awal terbentuknya tim ini, memang aku sudah mebiasakan kepada mereka untuk tidak terlalu formal kepadaku. Aku selalu membiasakan kepada mereka untuk berbicara apa adanya, menyampaikan pendapat dan memberikan kritik kepadaku jika memang ada yang tidak tepat aku lakukan. Alhamdulillah, hingga saat ini, timku masih solid. "Bravo Saudara Selumpurku !!!"
        
       Yap, inilah kisaku dalam pekerjaanku. Pekerjaan yang sungguh aku syukuri. Pekerjaan yang akhirnya membuat aku berani untuk meminta "Dia" untuk menikah dan menjadi pendampingku. Alhamdulillah dan akhirnya aku menikah...:D hehehehe...Siapa si "Dia" ? kenapa aku memilihnya ? check for the next chapter of "NEW LIFE, NEW JOB and I've GOT MARIED". 


Selasa, 19 Agustus 2014

NEW LIFE, NEW JOB and I've GOT MARIED (Chapter I)

aaaaaaaaaakkkk.... 
lama sudah tak menjamah blog ini untuk sekedar menyimpan memory mengenai perjalanan kehidupanku..
hmmm, rasanya tak akan cukup aku tulis dalam sekali posting, so tulisan ini akan bersambung dalam beberapa chapter. Tapi, karena ini masih jam kerja, tak bijak rasanya kalau saya nge-blog banyak..:D 
       Singkat cerita, aku sudah tak lagi stay di Balikpapan sejak Desember 2012, tepatnya tanggal 12. Sekarang aku juga tak lagi jadi fotografer (ya walaupun kadang masih ada objekan motret kecil-kecilan). Sekarang aku tinggal di sebuah kota kecil di daerah Pantura (Pantai utara jawa), kota itu bernama Batang. Aku tinggal di mes alias rumah kontrakan bersama sejumlah kawan sejawatku sesama pekerja di PT Bhimasena Power Indonesia atau disingkat BPI. Apa itu PT Bhimasena Power Indonesia dan apa yang aku kerjakan di situ, akan aku jelaskan dalam tulisan selanjutnya.... sekarang aku harus pergi dulu, it's time to work...

Dan Rupanya sudah Kepala 3

Bertambah tapi berkurang
Bertambah tua tapi berkurang jatah hidupku
Tak tau harus senang, atau harus merenung sedih
Tapi yang pasti, aku tetap bersyukur
Just a simple cake and candle with my sista
Bersyukur karena masih diberi umur
Bersyukur karena diberi kesempatan
Bersyukur karena telah berkeluarga
Bersyukur karena memilikimu dan si buah hati

Tapi, aku masih memiliki banyak harapan
Bukan brarti aku tak bersyukur dan kufur
Itu karena aku tahu KAU suka jika aku berharap
KAU suka jika aku meminta
KAU suka jika aku bersujud dan berdoa

Sudah kepala Tiga umurku
Ya, sudah tiga puluh tahun umurku
Tapi tak apa
lha wong belum beruban ini
Masih tetap item & tetap jadi diri sendiri


          

Sabtu, 18 Agustus 2012

"SELAMAT KURANG UMUR"


Sepertinya, waktu terasa sangat cepat berputar. Ternyata, sudah berkurang lagi satu tahun jatah umurku di dunia ini. hmmm... harus sedih atau senang dengan ini, aku pun mulai merenungi apa yang sudah kujalani selama 28 tahun perjalanan hidupku.
        Ya ALLAH, terimakasih engkau telah memberikaku kesempatan untuk terbangun dan merasakan udara pagi ini. Semoga, aku bisa memanfaatkan kesempatan yang kau berikan ini dengan baik. Dan semoga, di sisa-sisa umurku ini, KAU lebih sayang padaku...:D hehehehe......
       IBU, maturnuwun untuk semua kasih sayang dan suportnya selama ini, maaf jika selama ini Titis "nakal" dan belum bisa "nurut" sama apa yang ibu mau. Tapi, semua yang Titis lakukan, adalah apa yang Titis yakini. Mohon doa dan ridhomu, karena ridho IBU itu ridho ALLAH. Maafkan jika, hingga saat ini Titis belum bisa memberikan apa-apa buat IBU... semoga di sisa umur yang entah tinggal beberapa menit, jam atau hari kedepan, Titis bisa menjadi anak yang lebih baik.


        

Rabu, 31 Agustus 2011

It's Idul Fitri Time (Part 1)

Happy Ied
Alhamdulillah, akhirnya setelah satu bulan berpuasa (walaupun ada beberapa hari bolong..:p), Hari Raya Idul Fitri 1432H tiba juga. Senang kali lah rasanya, karena selain bisa mudik alias pulang kampong dan bertemu dengan kedua orang tua serta kedua adikku, aku juga akan bertemu dengan saudara-saudaraku yang mungkin hanya bisa kutemui satu tahun sekali...:)
        Ya... walaupun sempat agak senewen karena keputusan penetapan hari raya, tapi itu tidak mengurangi rasa bahagiaku bisa kembali berkumpul dengan keluargaku di Jogja. Maklum lah, sekarang aku sudah jauh dari mereka dan belum tentu bisa setiap bulan, apalagi setiap minggu bertemu, karena aku saat ini berada di East Borneo, tepatnya di kota Balikpapan. 
         Lebaran kali ini memang terasa sangat berbeda bagiku. Selain karena aku harus melalui bulan puasa untuk pertama kalinya di Kota Balikpapan dan jauh dari keluarga, lebaran kali ini juga terasa berbeda karena tidak ada lagi eyang kakung dan eyang putri, tempat kami sungkem dan bemanja. Yaa..Keduanya telah dipanggil untuk menghadap-NYA di syurga. Sedih begitu terasa begitu mengingat mereka kembali, apalagi saat nanti kami berkumpul di kediaman eyang yang saat ini begitu hampa tanpa kehadiran mereka (eyang kakung - eyang putri).
       Biasanya, eyang kakung dan eyang putri akan berdiri di depan pintu rumah atau duduk-duduk di kursi dan menunggu kami datang. Setelah itu, mereka masuk dan duduk di kursi berdampingan, lalu kami berbaris antre untuk sungkem dan mendapatkan ciuman di kedua pipi serta kening kami. hmmfff.... sungguh aku merindukan mereka, senyum mereka, wejangan mereka dan doa mereka yang dibisikkan ke telingaku.
         Hmmm..... cukup kiranya bermelow-melow, karena aku yakin eyang tidak akan suka jika kami sedih atas kepergian mereka. Yang mereka butuhkan bukan kesedihan dan airmata, tetapi untaian doa dari kami, anak-anak dan cucu-cucu yang sangat mereka sayangi. Istirahat yang tenang ya eyang, doa kami selalu untukmu. Tunggu kami di peristirahatanmu, akan kami taburkan bunga serta kami akan berdoa mengelilingi pusaramu. Kami sayang kalian...:)
     Tak sabar rasanya aku menjejakkan kakiku ke Tunggulrejo, sebuah desa kecil di Kabupaten Purworejo-Jawa Tengah, ke rumah eyangku dan bertemu dengan saudara-saudaraku yang sudah hampir satu tahun ini tak ku temui. Baiklah... mari berkumpul dan bersilaturahim.. oh iya, Minal Aidzin Wal Faidzin, Selamat Idul Fitri 1432 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin...... 
         

          
        

Senin, 09 Mei 2011

Teringat Nasihat Eyang


yang kung & yang uti
Matahari masih belum begitu tinggi, sinarnya pun masih belum begitu terang menyinari bumi, dan mataku pun belum sepenuhnya terbuka, dan tiba-tiba aku mendadak kangen dengan kedua eyangku.

hmmm.... rasanya baru kemarin kupingku memerah akibat "dijewer" eyang kakung karena aku nakal. Rasanya juga baru kemarin aku melihat senyum gagahnya saat aku memintanya berfoto bersama eyang putri di kursi yang terbuat dari bambu itu, tapi semua itu "kemarin". Kini keduanya telah pergi menghadap "sang khalik".

Eyang utiku yang cantik
Berat rasanya kehilangan mereka berdua dalam tenggang waktu yang tidak terlalu lama. Rasa sakit dan sedih begitu mendalam kurasa, tapi aku tidak boleh terlihat terpuruk di depan kedua adikku, serta kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku, sehingga aku pun sok tampil tegar saat aku memandikan eyang kakung serta saat menyaksikannya ditimbun oleh tanah, dan selang dua minggu kemudian kembali aku harus melepas kepergian eyang putriku untuk mendampingi eyang kakungku di alam sana.

Tapi sungguh, aku ikhlas dibalik kesedihan mendalamku kehilangan kedua orang yang begitu berarti bagiku. Cita-citaku untuk menaikkan haji eyang putri pun pupus dan keinginanku untuk mencium tangan serta bersimpuh untuk meminta maaf saat lebaran guna menghapus dosa-dosaku karena kenakalankupun seakan sirna. Tapi, aku sadar aku harus tetap menatap kedepan, karena insyaallah Tuhan masih memberikan kesempatan bagiku untuk berbakti pada keduanya dengan cara yang lain.

Meskipun hingga saat ini aku masih tidak percaya bahwa aku telah kehilangan keduanya, tapi banyak hal indah yang tidak pernah aku lupakan tentang keduanya. Satu hal yang begitu ku ingat hingga  saat ini adalah mengenai "Kesenangan dan Kesusahan". Eyang kakung selalu berkata dan mengingatkanku untuk prihatin dan jangan hanya memburu kesenangan. bingung sebenarnya, tapi sekarang aku mulai mengerti.

“Urip kui ojo mung mikir seneng-seneng terus. Urip kui yo kudu prihatin barang. Nek seneng-seneng terus, sesuk tinggal susahe. Gusti Allah wes ngatur nek seneng opo susah kui seimbang. Dadi, nek saiki koe mung seneng-seneng terus, sesuk ya tinggal susahe,” tuturnya padaku berkali-kali.

Dalam bahasa indonesia, kalau diterjemahkan singkat, Eyang kakung mengatakan jika hidup ini pada dasarnya terbagi dalam dua "kondisi", yaitu senang dan susah. Tuhan sudah membagi keduanya secara seimbang. Jadi, ketika sekarang yang senang-senangnya terus yang diambil, nanti yang tersisa tinggal kesusahannya saja.   

Eyang, aku sungguh merindukan kalian. Aku merindukan kebijaksanaanmu wahai eyang kakung. Aku merindukan kelembutan belaianmu, enaknya masakanmu dan keusilanmu, wahai eyang putriku... sungguh aku merindukan kalian. Namun sungguh, aku masih ingat apa-apa yang kalian ajarkan padaku mengenai kehidupan dan bagaimana aku harus menjalaninya. Semoga kalian bisa beristirahat dengan tenang di alam sana....:)
sweet couple  (Miss u both...)



Minggu, 08 Mei 2011

WAHAI CALON ISTRIKU….


Perlu kau tahu, sungguh aku tidak ingin menikah melainkan untuk memenuhi perintah agama dan aku menikah karena aku tidak mau mati dalam keadaan agamaku yang hanya setengah. Maka dari itu, aku memilihmu untuk melengkapi setengah dari ketidaksempurnaanku, agar hidupku dan hidupmu, agamaku dan agamamu menjadi utuh. Semua itu karena aku yakin bahwa janji Allah bagi mereka yang menikah adalah sebuah kebenaran.  

    Wahai calon isteriku, wanita yang telah kupilih untuk mendampingiku dan menyempurnakan agamaku… aku yakin bahwa setiap hubungan suami istri yang halal dan saling menghormati serta mengasihi  karena Allah, akan selalu mendatangkan pahala dan dari pahala-pahala yang kita kumpulkan itu, insyaallah akan mampu membuat kita “Nyaman” di tempat yang kekal nanti.  

    Aku tahu, hanya dengan menggenggam tanganmu dengan penuh kasih, maka akan berguguranlah dosa-dosamu. Namun, aku pun berharap agar engakau mampu memberikan supportmu untukku dalam menjalani kehidupan, kehidupn yang tak kan mungkin selamanya nyaman dan menyenangkan. Maka dari itu, marilah kita saling bergenggaman tangan disertai rasa sayang dan cinta.  

    Duhai wanita pendamping hidupku, tak muluk-muluk rasanya jika aku meminta engkau untuk dengan tulus patuh dan taat padaku. Bukan karena aku gila hormat atau ingin selalu menjadi yang kau puja. Bukan pula karena aku adalah laki-laki yang dikodratkan memimpin kaummu. Satu hal yang perlu kau pahami dan mengerti, aku berharap kau patuh dan taat padaku karena ketika kau patuh dan taat padaku, itu akan menjadi “jalan” bagimu untuk menuju syurga, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah. Allah menjanjikan akan menzinkanmu masuk syurga dari pintu mana pun yang ingin kamu masuki jika kau taat dan patuh padaku seperti kau patuh dan taat pada-NYA.   
  
Neraka dan Wanita
    Aku rasa kau tahu wahai wanita pilihanku, calon ibu dari anak-anakku, neraka bukanlah tempat yang nyaman untuk kau tempati, dan aku pun tak pernah rela jika kau harus menempati tempat terkutuk itu. Meskipun demikian, kau harus tau jika penghuni mayoritas neraka adalah kaummu. Kebanyakan dari mereka terjerumus ke neraka karena mereka tidak menghargai suami mereka secara selayaknya. Mereka tidak taat dan patuh pada suaminya, seperti yang telah diperintahkan agama. 

    Meskipun demikian, aku tidak akan menjadikan ini pembenaran untuk menempatkanmu selalu berada “dibawahku”. Bagiku, kau adalah mitra setara yang juga memiliki hak untuk bisa berkembang dan terus berkembang. Tapi, yang perlu kau tahu, ada batasan-batasan yang tak boleh kau langgar. Bukan karena aku, tapi karena Allah.    

    Wahai calon istriku yang baik, aku bukanlah mahluk sempurna dan tanpa cela, begitupun dirimu. Namun, aku akan merasa lebih sempurna jika kau berada di sampingku, berjalan bersamaku dan mengarungi kehidupan yang penuh dengan riak dan gelombang ini bersamaku. Sungguh aku percaya janji Allah yang akan selalu melimpahkan kasih sayangnya, padamu dan padaku jika kita selalu rukun dan saling melengkapi.  

    Calon istriku tersayang, mengertilah ketika kita memutuskan untuk bersatu, akan banyak hal yang tidak akan sama. Akan banyak hal baru yang mungkin tidak kau ketahui tentang aku sebelum kita bersatu, dan mungkin akan membuatmu tidak suka atau bahkan membuat kadar cinta dan sayangmu berkurang padaku. Aku hanya berharap, kau bisa menerima itu semua. Aku pun akan berusaha untuk menerima segala kekurangan dan kelebihanmu. Insyaallah akan kujaga apa yang harus kujaga darimu.   

Saling Melengkapi
    Bila kau menemukan ketidaksukaanmu padaku karena kekuranganku maka bersabarlah wahai calon istriku, karena mungkin Allah memiliki rencana dan menjadikannya kebaikan bagimu dan bagiku. Temukanlah kelebihan dariku. Janganlah kau cari-cari kekuranganku. Bukankah kau memiliki alasan tersendiri kenapa kau memilihku untuk menjadi imammu?  

    Wahai calon istriku yang baik, jika memang kekuranganku begitu mengganggumu, maka bantulah aku untuk memperbaiki kekuranganku itu. Jangan sampai kau meminta berpisah dariku. Bukankah kita bersatu untuk bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan? Aku akan sangat terbuka dan legowo untuk menerima segala masukan dan saran serta kritik darimu, karena kamu adalah mitra sejajarku, konco ngarep lan konco wingkingku.
    Duhai wanita pujaanku, insyaallah takkan pernah terayun tangan ini dengan kasar di kulit halusmu ketika kau membuat kesalahan yang membuatku naik darah, meskipun Al Qur’an mengizinkanku untuk melakukannya jika kau melakukan kesalahan. Insyaallah akan kugunakan tangan ini untuk membelai rambut halusmu dan lembut kulitmu, sehingga kau merasa nyaman berada di dekatku. 
  
    Sayang, aku paham benar jika kesempurnaan hanya milik Allah, maka dari itu aku tidak akan pernah memaksamu untuk menjadi sempurna. Kau layaknya tulang rusuk yang bengkok dan rapuh, tapi cukup kuat untuk melindungi jantung, maka takkan kupaksa kau untuk bisa lurus (mengikuti segala kemamuanku) karena jika kupaksa untuk kuluruskan, tentu kau akan patah. Kau pun layaknya gelas kaca yang sangat mudah pecah, maka dari itu, aku akan menjagamu dengan baik, dan akan ku perlakukan kau dengan lembut. 

    Duhai wanita hebat yang kupilih menjadi istriku, meskipun kau adalah perhiasan tercantik dan terbaik di dunia yang tidak akan pernah kulepaskan, namun aku tahu tidak selamanya kita akan bersama, karena masing-masing dari kita memiliki batasan umur, namun sungguh, aku akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa melepaskanmu dan mengikhlaskanmu pergi menghadap-NYA, suatu saat nanti. Keikhlasnku melepasmu, tak lain karena dengan aku ikhlas dan ridho, maka syurga adalah tempat yang akan kau tuju.  (***)

dedicate for :
http://asankalocita.wordpress.com/2011/04/05/doa-untuk-calon-suamiku/