Awalnya aku tak pernah berpikir untuk beranjak menyeberang ke pulau kalimantan, atau bahkan beranjak beberapa langkah saja dari kedua orang tuaku di Jogja. Bukan karena tak ada keberanian dalam diriku, tetapi karena adannya semacam "doktrinasi" dari emakku tentang pentingnya anak laki-laki pertama untuk selalu dekat dengan keluarga, karena anak laki-laki pertama merupakan calon pemimpin keluarga pengganti ayahandanya.
Keberanian itu mulai muncul ketia realita dan logika memaksaku untuk "menentang" dan meyampaikan argumenku mengenai keharusanku meninggalkan mereka untuk merantau. Memang bukan suatu hal yang mudah, tetapi akhirnya emak mengizinkanku merantau, dan izinnya pun di amini bapak. Lega juga rasanya, tapi ada rasa berat juga meninggalkan mereka.
Singkat cerita, kini aku sedang mulai membuka lembaran baru dalam hidupku yang entah akan lebih baik dari kehidupanku yang selalu "nyaman" karena dekat dengan kedua orang tua dan sempat memiliki penghasilan tetap, atau justru malah lebih buruk, tapi yang pasti, hanya keyakinan dalam diri dan modal restu serta doa dari kedua orang tuaku yang aku yakin bisa menjadi bekal yang baik untuk bisa memulai kehidupan baru di tanah rantau. Tak lupa, dua orang temanku yang saat ini bersamaku mencoba membuka usaha bersama, sebuah usaha yang memang sempat menjadi angan-anganku, usaha studio foto.
Bismillah, kata itu yang aku ucapkan ketika aku melangkahkan kakiku menjauh dari rumah, menjauh dari kedua orang tuaku yang saat itu terlihat tegar melapaskan kepergianku merantau. Bermodal ketegaran dan keikhlasan mereka (emak dan bapak), aku pun mantab untuk meninggalkan semua kenangan dan kenyamanan-kenyamanan pekerjaanku sebagai seorang jurnalis yang telah ku geluti selama 2 tahun 11 bulan.
hmmmm.... bismillah ya allah, berikan hambamu kemudahan dan kelancaran di tempat yang baru. Lindungilah dan saangilah kedua orang tuaku nan jauh di seberang sana. Hanya kau Dzat yang maha dari segala maha, maka kabulkanlah permohonanku....