Senin, 09 Mei 2011

Teringat Nasihat Eyang


yang kung & yang uti
Matahari masih belum begitu tinggi, sinarnya pun masih belum begitu terang menyinari bumi, dan mataku pun belum sepenuhnya terbuka, dan tiba-tiba aku mendadak kangen dengan kedua eyangku.

hmmm.... rasanya baru kemarin kupingku memerah akibat "dijewer" eyang kakung karena aku nakal. Rasanya juga baru kemarin aku melihat senyum gagahnya saat aku memintanya berfoto bersama eyang putri di kursi yang terbuat dari bambu itu, tapi semua itu "kemarin". Kini keduanya telah pergi menghadap "sang khalik".

Eyang utiku yang cantik
Berat rasanya kehilangan mereka berdua dalam tenggang waktu yang tidak terlalu lama. Rasa sakit dan sedih begitu mendalam kurasa, tapi aku tidak boleh terlihat terpuruk di depan kedua adikku, serta kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku, sehingga aku pun sok tampil tegar saat aku memandikan eyang kakung serta saat menyaksikannya ditimbun oleh tanah, dan selang dua minggu kemudian kembali aku harus melepas kepergian eyang putriku untuk mendampingi eyang kakungku di alam sana.

Tapi sungguh, aku ikhlas dibalik kesedihan mendalamku kehilangan kedua orang yang begitu berarti bagiku. Cita-citaku untuk menaikkan haji eyang putri pun pupus dan keinginanku untuk mencium tangan serta bersimpuh untuk meminta maaf saat lebaran guna menghapus dosa-dosaku karena kenakalankupun seakan sirna. Tapi, aku sadar aku harus tetap menatap kedepan, karena insyaallah Tuhan masih memberikan kesempatan bagiku untuk berbakti pada keduanya dengan cara yang lain.

Meskipun hingga saat ini aku masih tidak percaya bahwa aku telah kehilangan keduanya, tapi banyak hal indah yang tidak pernah aku lupakan tentang keduanya. Satu hal yang begitu ku ingat hingga  saat ini adalah mengenai "Kesenangan dan Kesusahan". Eyang kakung selalu berkata dan mengingatkanku untuk prihatin dan jangan hanya memburu kesenangan. bingung sebenarnya, tapi sekarang aku mulai mengerti.

“Urip kui ojo mung mikir seneng-seneng terus. Urip kui yo kudu prihatin barang. Nek seneng-seneng terus, sesuk tinggal susahe. Gusti Allah wes ngatur nek seneng opo susah kui seimbang. Dadi, nek saiki koe mung seneng-seneng terus, sesuk ya tinggal susahe,” tuturnya padaku berkali-kali.

Dalam bahasa indonesia, kalau diterjemahkan singkat, Eyang kakung mengatakan jika hidup ini pada dasarnya terbagi dalam dua "kondisi", yaitu senang dan susah. Tuhan sudah membagi keduanya secara seimbang. Jadi, ketika sekarang yang senang-senangnya terus yang diambil, nanti yang tersisa tinggal kesusahannya saja.   

Eyang, aku sungguh merindukan kalian. Aku merindukan kebijaksanaanmu wahai eyang kakung. Aku merindukan kelembutan belaianmu, enaknya masakanmu dan keusilanmu, wahai eyang putriku... sungguh aku merindukan kalian. Namun sungguh, aku masih ingat apa-apa yang kalian ajarkan padaku mengenai kehidupan dan bagaimana aku harus menjalaninya. Semoga kalian bisa beristirahat dengan tenang di alam sana....:)
sweet couple  (Miss u both...)



Minggu, 08 Mei 2011

WAHAI CALON ISTRIKU….


Perlu kau tahu, sungguh aku tidak ingin menikah melainkan untuk memenuhi perintah agama dan aku menikah karena aku tidak mau mati dalam keadaan agamaku yang hanya setengah. Maka dari itu, aku memilihmu untuk melengkapi setengah dari ketidaksempurnaanku, agar hidupku dan hidupmu, agamaku dan agamamu menjadi utuh. Semua itu karena aku yakin bahwa janji Allah bagi mereka yang menikah adalah sebuah kebenaran.  

    Wahai calon isteriku, wanita yang telah kupilih untuk mendampingiku dan menyempurnakan agamaku… aku yakin bahwa setiap hubungan suami istri yang halal dan saling menghormati serta mengasihi  karena Allah, akan selalu mendatangkan pahala dan dari pahala-pahala yang kita kumpulkan itu, insyaallah akan mampu membuat kita “Nyaman” di tempat yang kekal nanti.  

    Aku tahu, hanya dengan menggenggam tanganmu dengan penuh kasih, maka akan berguguranlah dosa-dosamu. Namun, aku pun berharap agar engakau mampu memberikan supportmu untukku dalam menjalani kehidupan, kehidupn yang tak kan mungkin selamanya nyaman dan menyenangkan. Maka dari itu, marilah kita saling bergenggaman tangan disertai rasa sayang dan cinta.  

    Duhai wanita pendamping hidupku, tak muluk-muluk rasanya jika aku meminta engkau untuk dengan tulus patuh dan taat padaku. Bukan karena aku gila hormat atau ingin selalu menjadi yang kau puja. Bukan pula karena aku adalah laki-laki yang dikodratkan memimpin kaummu. Satu hal yang perlu kau pahami dan mengerti, aku berharap kau patuh dan taat padaku karena ketika kau patuh dan taat padaku, itu akan menjadi “jalan” bagimu untuk menuju syurga, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah. Allah menjanjikan akan menzinkanmu masuk syurga dari pintu mana pun yang ingin kamu masuki jika kau taat dan patuh padaku seperti kau patuh dan taat pada-NYA.   
  
Neraka dan Wanita
    Aku rasa kau tahu wahai wanita pilihanku, calon ibu dari anak-anakku, neraka bukanlah tempat yang nyaman untuk kau tempati, dan aku pun tak pernah rela jika kau harus menempati tempat terkutuk itu. Meskipun demikian, kau harus tau jika penghuni mayoritas neraka adalah kaummu. Kebanyakan dari mereka terjerumus ke neraka karena mereka tidak menghargai suami mereka secara selayaknya. Mereka tidak taat dan patuh pada suaminya, seperti yang telah diperintahkan agama. 

    Meskipun demikian, aku tidak akan menjadikan ini pembenaran untuk menempatkanmu selalu berada “dibawahku”. Bagiku, kau adalah mitra setara yang juga memiliki hak untuk bisa berkembang dan terus berkembang. Tapi, yang perlu kau tahu, ada batasan-batasan yang tak boleh kau langgar. Bukan karena aku, tapi karena Allah.    

    Wahai calon istriku yang baik, aku bukanlah mahluk sempurna dan tanpa cela, begitupun dirimu. Namun, aku akan merasa lebih sempurna jika kau berada di sampingku, berjalan bersamaku dan mengarungi kehidupan yang penuh dengan riak dan gelombang ini bersamaku. Sungguh aku percaya janji Allah yang akan selalu melimpahkan kasih sayangnya, padamu dan padaku jika kita selalu rukun dan saling melengkapi.  

    Calon istriku tersayang, mengertilah ketika kita memutuskan untuk bersatu, akan banyak hal yang tidak akan sama. Akan banyak hal baru yang mungkin tidak kau ketahui tentang aku sebelum kita bersatu, dan mungkin akan membuatmu tidak suka atau bahkan membuat kadar cinta dan sayangmu berkurang padaku. Aku hanya berharap, kau bisa menerima itu semua. Aku pun akan berusaha untuk menerima segala kekurangan dan kelebihanmu. Insyaallah akan kujaga apa yang harus kujaga darimu.   

Saling Melengkapi
    Bila kau menemukan ketidaksukaanmu padaku karena kekuranganku maka bersabarlah wahai calon istriku, karena mungkin Allah memiliki rencana dan menjadikannya kebaikan bagimu dan bagiku. Temukanlah kelebihan dariku. Janganlah kau cari-cari kekuranganku. Bukankah kau memiliki alasan tersendiri kenapa kau memilihku untuk menjadi imammu?  

    Wahai calon istriku yang baik, jika memang kekuranganku begitu mengganggumu, maka bantulah aku untuk memperbaiki kekuranganku itu. Jangan sampai kau meminta berpisah dariku. Bukankah kita bersatu untuk bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan? Aku akan sangat terbuka dan legowo untuk menerima segala masukan dan saran serta kritik darimu, karena kamu adalah mitra sejajarku, konco ngarep lan konco wingkingku.
    Duhai wanita pujaanku, insyaallah takkan pernah terayun tangan ini dengan kasar di kulit halusmu ketika kau membuat kesalahan yang membuatku naik darah, meskipun Al Qur’an mengizinkanku untuk melakukannya jika kau melakukan kesalahan. Insyaallah akan kugunakan tangan ini untuk membelai rambut halusmu dan lembut kulitmu, sehingga kau merasa nyaman berada di dekatku. 
  
    Sayang, aku paham benar jika kesempurnaan hanya milik Allah, maka dari itu aku tidak akan pernah memaksamu untuk menjadi sempurna. Kau layaknya tulang rusuk yang bengkok dan rapuh, tapi cukup kuat untuk melindungi jantung, maka takkan kupaksa kau untuk bisa lurus (mengikuti segala kemamuanku) karena jika kupaksa untuk kuluruskan, tentu kau akan patah. Kau pun layaknya gelas kaca yang sangat mudah pecah, maka dari itu, aku akan menjagamu dengan baik, dan akan ku perlakukan kau dengan lembut. 

    Duhai wanita hebat yang kupilih menjadi istriku, meskipun kau adalah perhiasan tercantik dan terbaik di dunia yang tidak akan pernah kulepaskan, namun aku tahu tidak selamanya kita akan bersama, karena masing-masing dari kita memiliki batasan umur, namun sungguh, aku akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa melepaskanmu dan mengikhlaskanmu pergi menghadap-NYA, suatu saat nanti. Keikhlasnku melepasmu, tak lain karena dengan aku ikhlas dan ridho, maka syurga adalah tempat yang akan kau tuju.  (***)

dedicate for :
http://asankalocita.wordpress.com/2011/04/05/doa-untuk-calon-suamiku/


Rabu, 04 Mei 2011

melepasmu .... (bagian III/Habis)

Before Resepsi (How beautifull u are)
Tak terasa satu bulan sudah kau sah menjadi milik lelaki itu....  tak terasa pula sudah lebih dari sebulan ini aku aku sama sekali tidak menjalin kontak denganmu, setelah terakhir kita bertemu saat acara resepsi pernikahanmu, Minggu (3/4) lalu. Tapi memang ini konsekuensi karena aku telah mengikhlaskanmu menjadi milik lelaki itu. 

Aku bersyukur karena kau telah menemukan tambatan hatimu, dan doaku akan selalu kulantunkan untuk kebahagiaanmu dan imammu, lelaki terkasihmu :) semoga kalian selalu berbahagia dan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah dan segera dikaruniai momongan...:)

nice couple
Terima kasih Tuhan, kau telah menguatkan hatiku saat aku harus menyaksikannya duduk bersanding di pelaminan itu. Terima kasih tuhan, karena kau memberikanku "Kehangatan" hati serta kejernihan pikiran sehingga aku bisa mengabadikan momentum penting dalam hidupnya (*Akad dan resepsi) dengan baik. Terima kasih Tuhan.....
 
Terima kasih Tuhan karena kau telah mempertemukanku dengan gadis yang baik seperti dia. Gadis yang selama tujuh tahun menemaniku dalam suka dan duka serta dalam sedih dan senang. Seorang gadis yang telah mengajarkanku banyak hal. Aku sungguh sangat bersyukur karena aku masih bisa menjalin silaturahim dengan dia dan lelaki pilihannya.

Tuhan, semoga ini bukan dosa karena aku masih menyimpan rasa sayang padanya, rasa sayang yang dulu begitu besar, yang terkadang mengalahkan rasa sayangku padaMU. Aku sadar, mungkin ini caramu untuk mengingatkanku untuk kembali sayang PadaMU, karena mungkin Engkau "Cemburu" melihatku jarang menyapamu karena terlena dengan kebahagian yang KAU berikan padaku saat bersamanya. Sekali lagi, aku berterimakasih padaMu Tuhan, karena apa pun yang kau pilihkan untukku, pasti akan membawa kebaikan untukku dan tentunya untuk gadis yang baik itu. Aku tahu dan yakin pasti KAU punya rencana lain yang lebih baik buatku dan untuk dia. 
 
Selamat menempuh hidup baru wahai gadis baik.... 
Tuhan, sayangilah dia dan lelaki pilihannya serta berkahilah pernikahan mereka...
keep smile  :)